Sunday, December 21, 2014

PROSA : Gadis Itu Jatuh Cinta (Diam-Diam)

Apa kau pernah merasakan ada sesuatu yang berbeda saat kau melihat seseorang yang bahkan tak kau kenal sekalipun? Sembari hatimu belum bergetar, tapi ia telah mencuat bahagia. Kalau pernah, berarti bukan cuma aku yang hampir gila. 

Awalnya, aku menganggap peristiwa itu hanya sekelebat lewat. Mungkin karena ia adalah sosok rupawan yang kharismatik, aku rasa ini hanya kagum sesaat. Namun, takdir Tuhan membuatku melihat sosok itu dengan intensitas yang lebih banyak dari biasanya. Bentuk sepatunya, model celana yang ia kenakan, baju yang sering ia pakai, dan aroma tubuh itu, panca indera ku mulai merekamnya, menangkap dan menyampaikan ke otak. Hingga dalam beberapa meter pun, aku bisa mendeteksi keberadaannya. Dari situlah, sebuah pengharapan muncul.

Memang salah, jika manusia berharap atau bahkan bergantung hidup kepada manusia lain. Tapi, perasaan ini terjadi begitu saja. Tanpa di undang, tanpa diminta. Aku bisa apa? Menolak? Tidak, aku hanya menikmati skenario Tuhan. Mendekatpun aku tak punya nyali. Aku paham, Tuhan juga tidak suka menatapku bersikap berlebihan kepada seseorang.

Tunggu dulu, jangan kalian pikir, dia adalah teman dekat atau orang yang saling bertegur sapa denganku. Tidak sama sekali. Aku bisa menghitung berapa banyak kata yang ia keluarkan kepadaku. Mungkin dua puluh kata, dua puluh dua kata, atau dua puluh tiga kata, atau…. Entahlah. Bahkan aku berani bertaruh, bahwa ia pun tidak mengerti siapa namaku. Ia hanya mengerti aku sebagai seorang teman yang (sekali lagi) tidak ia ketahui namanya. Mungkin kalian bisa mencerna sendiri serumit apa sebenarnya ceritaku ini.

Banyak detik yang aku hitung saat mataku berhasil menatapnya. Bukan, bukan menatap wajahnya. Tetapi menatap hanya sebatas punggungnya saja.  Begitupun aku sudah senang. Walau tak bisa ku raih, walau banyak orang yang lebih menghebohkan rasa sukanya kepada dia, dan walau semua hanya sekelebat saja. Tetapi, sekali lagi, aku hanya penikmat skenario Tuhan. Dan aku paham, tidak ada yang lebih indah selain mengikuti alurNya serta mendoakan dia (seseorang yang mungkin kita sukai, mungkin tidak) dalam sujud kita. Karna istimewa rasanya jika kita bisa memperkenalkan “calon penghuni kehidupan kita” dengan Tuhan. Dan sekali lagi, aku (telah) jatuh cinta diam-diam. 

Friday, September 19, 2014

Bicara Jatuh Cinta



Sejatinya, jatuh cinta adalah tanggung jawab. Pertama, kita menyukai atau mengagumi seseorang. Tentu hal yang kita lakukan adalah mendekat. Mencari tahu apa yang ia suka dan mengikuti perkembangan-perkembangan tentang hidup orang tersebut. Mendekat merupakan aksi. Mendekat adalah wujud kita untuk memicu orang yang kita suka untuk melihat ke arah kita.

Kenapa saya mengatakan bahwa jatuh cinta adalah perihal tanggung jawab? Sebab, kita membawa dia dalam kehidupan yang kita miliki. Maka, “aku menyukai kamu”,”aku menyanyangi kamu” adalah tentang membawa dia berbagi dunia dengan kita. Ibaratnya, untuk menulis kita memerlukan pensil. Maka, kita akan membawa pensil itu menuju kertas yang akan kita gunakan untuk menulis. Pensil itu memiliki peranan untuk mengisi apa yang akan kita tulis dalam selembar kertas tersebut. Bila kita meninggalkan atau menghilangkan pensil itu, maka kita tidak bertanggung jawab atas apa yang akan kita tulis. See? 

Kertas adalah dunia yang kita miliki dan pensil adalah orang yang kita kagumi. Kita membawa dia dalam kehidupan dan dunia yang kita miliki untuk mengisi hari-hari kita. Jadi, apabila kita meninggalkan dia, maka kita tidak bertanggung jawab atas apa yang kita bawa. 

Mungkin akan muncul pertanyaan, “Bukankah itu hanya untuk orang yang pertama kali jatuh cinta terhadap kita? Bagaimana dengan ‘receiver’ cinta seperti orang yang di dekati atau orang yang disukai?”

Saya mengatakan bahwa itu sama. Kenapa? Kita menyetujui kehadiran mereka. Kita menangkap apa yang mereka beri terhadap kita. Kita juga menmpersilahkan mereka untuk masuk dalam kehidupan kita.

Saya bisa mengatakan demikian sebab dewasa ini saya sadar bahwa cinta terhadap lawan jenis adalah satu. Saya berkelana dalam banyak perihal tentang cinta. Tetapi saya bisa mengatakan hal-hal seperti ini karena sebuah kesadaran. Bahwa cinta itu tunggal dan tidak seharusnya ditinggalkan.

Jadi, kembali pada opini saya bahwa jatuh cinta adalah perihal tanggung jawab. Ia bertanggung jawab apabila ia tidak meninggalkan apa yang telah ia bawa. This is just my opinion, if you don’t agree, it’s your choice.

Wednesday, January 1, 2014

Terlambat


Kau tahu apa arti kata 'terlambat' ?
Lantas, apa kau mengerti bagaimana merasakan sesuatu yang datang terlambat ?

Jawabku, sesak.
Kau pasti pernah mendengar nenek moyang zaman awam dulu selalu bilang,
"Kesempatan tidak akan datang dua kali"
Ya, maka sekali kau membuatnya terhempas sia-sia, bisa jadi kesempatan itu lenyap

Sama seperti sesuatu bernama cinta.
Cinta yang datang terlambat.

Keterlambatan membuat kita terlampau sering menggunakan kata "andai, seandainya"
dan semua berujung penyesalan.

Untuk sesuatu yang dulu pernah datang lalu terabaikan,
Untuk sesatu yang dulu pernah berusaha namun tak terhiraukan

Untuk sesuatu yang sekarang berubah ambigu.
Untuk sesuatu yang sekarang teramat aku cinta.

Atas kesalahan di masa lalu,
Semoga segala rasa itu masih tertahan disana
Di sebuah hati yang sekarang ingin aku kenali

Atas kesalahan di masa lalu pula,
Aku mencoba merajut sendiri serangkaian kalimat
yang mungkin bisa membawamu bersanding disini
Dan membiarkan hati kita bergandengan