Apa kau pernah merasakan ada
sesuatu yang berbeda saat kau melihat seseorang yang bahkan tak kau kenal
sekalipun? Sembari hatimu belum bergetar, tapi ia telah mencuat bahagia.
Kalau pernah, berarti bukan cuma aku yang hampir gila.
Awalnya, aku menganggap peristiwa itu hanya sekelebat lewat. Mungkin karena ia adalah sosok rupawan yang kharismatik, aku rasa ini hanya kagum sesaat. Namun, takdir Tuhan membuatku melihat sosok itu dengan intensitas yang lebih banyak dari biasanya. Bentuk sepatunya, model celana yang ia kenakan, baju yang sering ia pakai, dan aroma tubuh itu, panca indera ku mulai merekamnya, menangkap dan menyampaikan ke otak. Hingga dalam beberapa meter pun, aku bisa mendeteksi keberadaannya. Dari situlah, sebuah pengharapan muncul.
Memang salah, jika manusia berharap atau bahkan bergantung hidup kepada manusia lain. Tapi, perasaan ini terjadi begitu saja. Tanpa di undang, tanpa diminta. Aku bisa apa? Menolak? Tidak, aku hanya menikmati skenario Tuhan. Mendekatpun aku tak punya nyali. Aku paham, Tuhan juga tidak suka menatapku bersikap berlebihan kepada seseorang.
Tunggu dulu, jangan kalian pikir, dia adalah teman dekat atau orang yang saling bertegur sapa denganku. Tidak sama sekali. Aku bisa menghitung berapa banyak kata yang ia keluarkan kepadaku. Mungkin dua puluh kata, dua puluh dua kata, atau dua puluh tiga kata, atau…. Entahlah. Bahkan aku berani bertaruh, bahwa ia pun tidak mengerti siapa namaku. Ia hanya mengerti aku sebagai seorang teman yang (sekali lagi) tidak ia ketahui namanya. Mungkin kalian bisa mencerna sendiri serumit apa sebenarnya ceritaku ini.
Banyak detik yang aku hitung saat mataku berhasil menatapnya. Bukan, bukan menatap wajahnya. Tetapi menatap hanya sebatas punggungnya saja. Begitupun aku sudah senang. Walau tak bisa ku raih, walau banyak orang yang lebih menghebohkan rasa sukanya kepada dia, dan walau semua hanya sekelebat saja. Tetapi, sekali lagi, aku hanya penikmat skenario Tuhan. Dan aku paham, tidak ada yang lebih indah selain mengikuti alurNya serta mendoakan dia (seseorang yang mungkin kita sukai, mungkin tidak) dalam sujud kita. Karna istimewa rasanya jika kita bisa memperkenalkan “calon penghuni kehidupan kita” dengan Tuhan. Dan sekali lagi, aku (telah) jatuh cinta diam-diam.