“Bu, cinta
itu apa?” tanya ku di sela senja.
“Cinta
adalah istimewa. Istimewa seperti
berlian yang kilaunya saja harus di jaga. Tidak boleh berkarat walaupun ada
masanya akan terjadi. Mahal dan harus
tepat. Memangnya mengapa ?” jawab Ibu ku tegas.
“Aku masih
tidak mengerti, Bu. Bisakah ajarkan aku dengan rinci ?”
“Begini,
Nak. Cinta itu berkaitan dengan perasaan. Saling mengerti, memahami,
menyayangi. Kau tahu pelangi, bukan ? Terkadang datang seusai hujan. Tapi tidak
pasti. Semacam pancaroba. Pelangi terlihat begitu indah dan memukau. Mereka
elok dengan berbagai warna walaupun kadang tak lengkap. Sama seperti cinta yang
datang semau mereka. Egois memang, tapi sempurna. Cinta datang tanpa bisa di
tebak menitnya. Tapi sekali dia datang, kau pasti terpana. Mereka memberikanmu
keajaiban dan kebahagiaan. Bahkan dari hal kecil sekalipun. Tapi, Nak, kau
pasti tahu bahwa pelangi juga akan redup dan hilang. Sama seperti cinta.
Mengapa ? Karena memang fana ini bukan tempat untuk abadi”
“Tapi, Bu.
Bukankah cinta tidak selalu indah ? Cinta juga punya sisi buruknya bukan?”
“Betul
sekali. Semuanya proporsional. Tidak hanya keindahan. Ada rotasi di mana cinta
seperti pelangi. Tapi ada kalanya juga cinta seperti petir. Menyambar,
menakutkan. Kita harus siap berkorban dan kehilangan. Terutama merelakan. Nak,
yang paling penting dalam cinta adalah memahami. Paham dengan kebahagiaan dan
paham dengan kesedihan. Kalau kau
mencintai seseorang, ajaklah dia terbang. Melihat apa saja yang indah. Bangun
rumah kalian bersama. Jangan hanya seorang. Berbagilah dan pikirkan bersama. Juga
waspada dengan apa saja yang bisa menghancurkan kalian. Jaga baik-baik dan
pertahankan. Jangan malah ajak dia terbang kemudian kau jatuhkan. Itu yang
membuat cinta menjadi gagal dan menyakitkan. Kau paham ?”
“Ya, Bu. Cinta memang istimewa, berlian, pelangi dan
petir. Terima kasih, Bu” jawabku puas.
Hm.. Percakapan
penutup senja kali ini berkenalan dengan apa itu cinta. Semoga saja, sekalipun
ada petir yang menyambar kisahku nanti, pelangi akan tetap membuat ku tegar dan
berlian membantu ku bersinar kembali.
Terima kasih, Cinta. Terima kasih, Senja.